Cari Blog Ini

Minggu, 21 November 2010

Jadilah Guru

"Guru yaiku digugu lan ditiru" itu kata  Filsafat Jawa.

Apabila cerita ini ada kesamaan pelaku, tempat dan waktu itu hanya faktor kebetulan belaka.
Silahkan simak kisahnya.

Dalam tepi hamparan sawah, disitulah satu keluarga kecil terbentuk.
Udara sejuk dipagi hari, panas di siang hari dan terpaan angin segar menyertai suasana hening terpadu.  
Setiap kali adzan berkumandang selalu terdengar gemiricik air yang membentur lantai sumur, pertanda insan rumah sedang mengambil air wudlu.
Satu bapak, satu ibu dan satu anak laki-laki sholeh.

Alkisah pada suatu hari si kecil bertanya pada ayahnya.
"Yah kenapa ayah ga jadi guru ?" kata si kecil sambil mengusap peci putih ayahnya yang ditanya sehabis berdo'a setelah tunaikan shalat maghrib di masjid samping  utara rumahnya.
"Mengapa adik tanya seperti itu, bukankah adik sekarang sudah cukup senang dengan keadaan sekarang. Mainan, baju, celana, sepatu, tas sekolah dan alat-alat sekolah adik sudah punya" jawab si ayah yang kelihatan tersenyum namun sedikit asam karna saking letihnya beraktifitas di sekolah menjadi juru tulis di kantornya.
Tak puas dengan jawaban ayahnya si anak itu pun bertanya kembali dibarengi meraih tangan ayahnya.



"Anaku sayang,coba sekarang kamu lihat pohon pisang itu !" terang ayah sambil menunjuk ke kebun pisang yang berada di utara masjid.
"Ada apa dengan pohon pisang itu Yah" lanjut si kecil bertanya.
"Nak,coba perhatikan betul-betul pohon pisang itu. Anak sholeh taukan pohon pisang itu tidak akan mati dulu sebelum keluar buahnya,mau dipangkas habis oleh pemiliknya pasti tetep akan tumbuh terus" jawab ayah dengan sedikit memberikan sentuhan logika ilmu botani yang ia dapatkan dari eyangnya almarhum dulu saat sering bercocok tanam di kebun.
"Trus apa hubungnnya pohon pisang dengan guru?" tanya si kecil sambil menengadahkan wajahnya ke ayah tercinta.
"Lha itulah nak, menjadi guru itu sebisa mungkin dan semaksimal mungkin ikhlas, sabar serta mampu memberikan terbaik tanpa putus asa".
"Kemudian kamu lihat burung merpati itu nak?" sembari jari telunjuk ayahnya mengarah pada satu target yaitu sepasang burung merpati yang sedang memberikan makan anaknya.
"Mana sih Yah?" ucap si kecil.
"Perhatikan ya Nak....." ulas ayahnya sambil mengulangi lagi menunjukkan jari telunjuk ke arah sepasang merpati.
"Oh iya Yah, adik tau itu ada sepasang burung merpati yang sedang memberikan makan anaknya". sambil tersenyum si kecil menanggapi instruksi ayahnya.
"Nah, burung merpati itu memiliki sifat setia, pantang menyerah, gemati "selalu ingat keluarga" dimanapun, kapanpun dia berada.
"Emmmmm......terus apa hubungan sepasang burung merpati dengan Guru Yah" tanya si kecil.
"Guru itu selain ikhlas, sabar serta mampu memberikan terbaik tanpa putus asa ada tugas lain yang harus dilakukan yaitu tetap bertanggungjawab, setia, pantang menyerah, gemati menghidupi keluarga" terang ayahnya.
"Yang jelas menjadi guru itu Tidak Mudah dan Tidak Susah asal kita punya niat dan keinginan kuat untuk meraihnya" jelas sang ayah.
"Yah...adik terus bertanya tentang guru bukan berarti kurang bersyukur dengan apa yang adik dapat, tapi adik cukup bangga punya ayah yang bekerja keras, tanggung jawab terhadap keluarga dan selalu bersyukur menerima apapun yang Allah beri" si kecil menjelaskan tentang maksud pembicaraannya.
"Nak...ayah minta maaf mungkin belum sepenuhnya mampu membuat kamu dan ibumu bangga sampai saat ini" sambil mengendong si kecil beranjak pulang ke rumah.
"Ayah........." dekap si kecil di pundak ayahnya.
"Jadi anak yang sholeh ya Nak...!!" ucap ayah sambil mencium pipi si kecil.

Minggu, 14 November 2010

Mari Bernyanyi Bersama Ibu-ibu 'Aisyiyah

Video Oleh-oleh 
Kegiatan Seminar Nasional PP 'Aisyiyah 
di Universitas Muhammadiyah Jakarta
Tema :
"Pembangunan Karakter yang Berakhlaq Mulia
dalam Pendidikan Membangun Peradaban Bangsa"
Tanggal 29 Mei 2010


Senin, 01 November 2010

Seberapa Besar Kita Memahami Diri ?

Bismillah ...........



Tahu Diri ?
Tahu Posisi ?
Tahu Arti Diri dan Posisi ?

Dalam sebuah kehidupan tentunya kita memiliki tujuan yang menjadi "kudangan atau harapan" setiap insan, baik harapan secara individu, keluarga maupun bersama (bisa organisasi atau lebih umum lagi  masyarakat).
Ingat kehidupan jangan dipersepsikan "dunia" belaka namun "akhirat" juga disebut kehidupan.

"Selamat dunia dan akhirat inilah tujuan kehidupan sebenarnya"

Kembali ke 3 pertanyaan awal.
1. Tahu Diri mengandung maksud :
  •     Betul-betul paham, mengerti, dan tahu siapakah diri saya, artinya ada beberapa hal didalamnya antara lain :  Kekurangan saya, kelemahan saya, kemampuan dan kelebihan saya
2. Tahu Posisi mengandung maksud bahwa ada beberapa hal didalamnya yang secara reflek dan sadar melekat kuat didalam hati serta fikiran kita antara lain :
  • Saya sebagai hamba Allah SWT.
  • Saya sebagai ummat pengikut Rasulullah Muhammad SAW.
  • Saya sebagai anak dari orang tua saya
  • Saya sebagai kakak/ adik saudara-saudara saya
  • Saya sebagai suami/ istri saya
  • Saya sebagai partner kerja/teman orang lain
  • Saya sebagai yang memiliki pekerjaan (karyawan/guru/siswa dll)
  • Saya sebagai bawahan
  • Saya sebagai atasan
3. Tahu Arti Diri dan Posisi mengandung maksud :
Sebagai wujud kefahaman semuanya baik point 1 dan 2 maka seseorang harus berani melakukan hal-hal sebagai berikut :
  • Cobalah berkata "Maaf" jika bersalah dibarengi dengan perubahan ke arah lebih baik
  • Cobalah berkata "Terima kasih" jika dibantu seseorang
  • Cobalah berkata "Saya siap membantu semampu saya" jika ada orang yang membutuhkan pertolongan
  • Berkatalah : "Subhanallah" jika melihat sesuatu yang menakjubkan
  • Berkatalah : "Alhamdulillah" jika mendapat kenikmatan
  • Berkatalah : "Innalillahi wa innaillahi rooji'un" jika mendapat musibah
  • Berkatalah : "Astaghfirullah" jika merasa berbuat salah
Artikel ini dibuat dengan semangat "Berlomba-lomba dalam hal kebaikan".
Mari kita bersama-sama belajar tanpa henti dan jangan puas dengan hasil sekarang.

Alhamdulillaahirabbil'aalamiin......